Wahana berbagi Ilmu

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH



Selamat datang di wahana ilmu. Dengan membaca fikiran akan terbuka, dengan ilmu kita jadi tahu, dengan mencari kita jadi mengerti.

Disinilah tempat kita berbagi........

Senin, 10 Januari 2011

cerpen

KUTEMUKAN SAUDARAKU
           

“Alhamdulillah ….., ahirnya selesai sudah tugas ku malam ini,” Suara itu lirih kudengan dari Ana sahabat baikku. Aku bertanya padanya, “ emang ada tugas apa sih?”  “ Ini makalah yang harus saya setorkan besuk “, jawabnya. Aku pun sedikit menggeser tempat dudukku seraya melihat pekerjaannya. “‘ Ya sudah kita istirahat sekarang ya udah malam nih,” pintaku. Kami pun beristirahat karena besuk pagi harus segera bangun dengan jadual kegiatan yang sangat ketat. 
            Jam bekerpun berbunyi tepat pukul 03.00, aku segera bangun tuk berserah diri pada sang khaliq, dan lupa snantiasa berdoa semoga kami dapat melaksanakan kegiatan diklat ini dengan senang hati tanpa ada beban dalam diri. Adzanpun berkumandang pertanda subuh telah tiba. Selepas jamaah subuh kami segera menuju lapanagn olah raga tepat jam 05.00, udara sejuk memberikan semangat baru dihari keduaku ini. Kami bersama teman yang lain melakukan senam pagi, begitu juga Ana dia merasa senang dan bahagia, dengan senyum manisnya dia bilang “ Eh kamu tahu endak, seumur hidupku baru kali ini aku merasa bisa ikutan gerakan senam,” O,iya, kataku. “Memang selama ini kamu olah raganya apaan “, tanyaku. “ Yah paling-paling lari pagi dan jalan-jalan, Itupun kalau sempat.” Ternyata teman cntikku ini jarang olah raga juga tapi tak apalah yang penting dia senang dengan kebiasaannya itu.
            Tiba saatnya kami masuk kelas untuk menerima materi yang pertama. Asyik juga pengampu materi pagi ini, tiba saatnya untuk berdiskusi. Aku paling senang jika ada acara diskusi, sementara Ana paling ndak suka, memang sih dia itu punya bakat menulis aja, sementara aku berbakat dalam orasi dan berbicara, itu kata semua orang yang kenal aku. Saat berdiskusi inilah ada satu teman cowok kami yang luar biasa agresipnya. Setiap ada permasalahan dia tak pernah puas dengan satu jawaban, seakan-akan ingin membunuh lawan bicaranya. “ Asyik juga nih orang ini, ini dia lawan diskusi saya, “ gumamku dalam hati. Setiap dia berkomentar selalu saja saya amati apasih mau dia, ini kan ajang untuk sharing bukan saling menjatuhhkan?. Aku semakin penasaran dengan nya. Saat kami beristirahat tak kuduga dia menyapaku dengan sopan, “ Ibu dari mana?”, ku jawab asal kotaku dengan sopan pula, lama kami mengobrol dan mulai menemukan jati diri kami berdua. Dari pembicaraannya dia adalah guru Bhs. Inggris, dan aku sendiri Guru Agama. Kita memang sama-sama utusan dari Pondok Pesantren guna mengikuti Diklat “ Penanggulangan kekerasan pada anak “ yang didanai oleh WHO dan UNESCO. Kami saling kenal dan banyak mencari tahu baik tentang pesantren juga proses KBM nya. Semakin hari kami semakin kenal sementara Ana pun juga mulai senang dengan bertambahnya sahabat diskusi kami. Kami memang sama-sama dari Jawa Timur, tapi memiliki logat yang berbeda. Ketidaksamaan logat kami ini sering dijadikan bahan ejekan, terutama aku yang ada logat maduranya, sering mereka mengomentari cara bicara aku, hanya Ana lah yang tidak pernah berkomentar dengan kemaduraanku. Sementara yang lain selalu saja memandangku kurang gaul, tapi aku cuek saja yang penting aku harus bisa kalahkan mereka baik dalam penampilan atau dalam  nilai saat ujian.
            Pada suata saat sang pemateri meminta untuk mencoba memberikan komentar tentang bahayanya kekerasan pada anak apalagi dalam pesantren, tak satupun diantara mereka yang mau maju, hingga ahirnya aku coba beranikan diri, dengan kemampuan yang aku miliki aku berusaha memberikan wawasan tentang kekerasan pada anak, miski dengan logat dan gaya aku yang dibilang kurang gaul, ternyata dosen kami sangat puas dengan apa yang aku sampaikan. Dilain waktu saat senam akan dimulai ternyata instrukturnya tidak datang,  panitia mengumumkan siapa diantara peserta bisa memimpinnya? Aku coba tuk maju karena sampai lama tak ada yang mau. Dan ahirnya selesailah senam pagi ini dibawah komandoku. Dengan apa yang aku lakukan perlahan tapi pasti tingkat ejekan padaku mulai menurun dan berkurang. Mereka mulai memuji apa yang aku bisa. Tapi bagiku biasa saja, mereka memang menang dalam logat tapi kalah dalam banyak hal. Ana teman baikku selalu memujiku, “ Eh, ternyata kamu hebat ya semua bisa”, yah bigulah, kami di pesantren miskipun sebagai guru agama jangan kalah dengan guru yang lain semua harus bisa”, jawabku. Pujian senada pun meluncur dari perkataan Arif  salah satu peserta dari golongan Adam. Aku hanya membalas dengan ucapan “makasih ya pujiannya”!
            Haripun terus bergulir dan kami tiba dihari terahir semua materi akan diujikan sebagai acuan keberhasilan pelatihan saat ini. Tiba saatnya kami mendengarkan siapakah peserta terbaik diantara 100 orang ini, semua serius mendengarkan, aku tidak terlalu berharap dengan prestasi ini, karena aku merasa kurang pandai dalam segala hal, akan tetapi subhanallah…… nilai tertinggi disebutlah namaku Imas Azizah, Ana Rusdiana peringkat dua, Arif baharuddin peringkat ketiga. Ya Allah ternyata kami bertiga yang selalu akrab mendapat nilai berurutan. Betapa hati kami senang, bahagiaku semakin bertambah selain mendapatkan nilai baik, Arif yang selama ini hanya sebatas teman dalam diklat ternyata dia adalah saudaraku yang sudah lama tak bertemu karena kami pisah kota, aku di Malang  dia di Tulung Agung, dan pesantren kamipun punya nama yang tak jauh beda. Subahanallah ternyata Allah masih mengizinkan kami bertemu dalam arena yang suci., yakni Pendidikan dan Pelatihan.


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar